Langit cerah hari sabtu selalu
kutunggu, jalan menuju bangunan BAPUSIPDA* itu tak selalu kering untuk kulalui. Terkadang genangan air hujan tersisa di sana, aku akan melihat
bayanganku memantul saat melewatinya.. Ada banyak jalan menuju kesana namun entah
mengapa jalan yang satu itu selalu menjadi pilihanku, hingga akhirnya aku menyadari
di jalan itulah kita pernah bersama untuk yang terakhir kalinya.
Saat itu adalah bulan maret, angin
di bulan tersebut selalu menari lebih lincah.. ia menerbangkan debu, mengguncang
pepohonan dan menggugurkan dedaunan. Angin yang memberi banyak ujian kesabaran. Di bulan ketiga ini awal dimulainya Rumah
Belajar yang digelar panitia MAPUSTA*. Waktu itu pula adalah pertamakalinya kita
bertemu dalam sebuah pelatihan jurnalistik.. Selanjutnya SMS demi SMS pun mulai
mengalir, merajut tali silaturahmi dan ini membuatku menyadari bahwa kita sama-sama
mencintai harapan, sama-sama mengarungi terjalnya rimba kehidupan.. dan seperti halnya bahtera yang berlayar menghadapi gerai badai, engkau maupun aku berupaya menjaga biduk itu agar tetap melaju. Tak banyak kata yang kita
ucapkan untuk membuktikannya, ya.. kita tak butuh banyak kata. Kita butuh sesuatu yang nyata, ia: ~sebuah karya~.
Di tempat pertama kali kita bertemu itu dengan jelas dapat kulihat.. ya, sebuah lambaian tangan saat berjumpa dan sebuah senyuman yang tersungging di wajah bak pelangi usai hujan berhenti, lalu kita akan berpisah dengan kata-kata indah, “arigatou gozaimasu!”. Begitulah kita mulai saling mengenal. Meski sampai saat ini aku masih terheran-heran dan takjub bahwa seorang mahasisiwi Ma’had Al-imarat dengan jurusan bahasa Arab mengambil pekerjaan sambilan sebagai guru bahasa jepang.
Di tempat pertama kali kita bertemu itu dengan jelas dapat kulihat.. ya, sebuah lambaian tangan saat berjumpa dan sebuah senyuman yang tersungging di wajah bak pelangi usai hujan berhenti, lalu kita akan berpisah dengan kata-kata indah, “arigatou gozaimasu!”. Begitulah kita mulai saling mengenal. Meski sampai saat ini aku masih terheran-heran dan takjub bahwa seorang mahasisiwi Ma’had Al-imarat dengan jurusan bahasa Arab mengambil pekerjaan sambilan sebagai guru bahasa jepang.
‘Menulis’ adalah hal pertama yang
mempertemukan kita. Karena itulah, dimana saat tangan ini menyentuh tuts
keyboard untuk mengalirkan kata-kata, disana terkadang hadir bayangan
senyummu.. membuat air mata ini turut menitik, saat makna ‘sahabat’ baru mulai kubangun melalui pilar waktu.. namun yang kudengar dari suara terbata-bata
orangtuamu diseberang telphon sana, mengabarkan bahwa setelah dirawat beberapa hari di RS Al-Islam, akhirnya engkau beristirahat
dengan tenang dipembaringan terakhirmu.. Bahkan, aku tak sempat menjenguk dalam sakitmu. SMS
yang kuterima darimu saat itu selalu memberiku kesimpulan bahwa engkau baik-baik
saja.. bahwa engkau belum bisa bertemu denganku untuk beberapa waktu kedepan karena "sibuk",
bahwa.. engkau sangat berterimakasih telah bersama denganku dalam satu sepeda
di hari itu. Bahkan, engkau meninggalkan kenangan pada putaran roda sebuah
sepeda. Entah, aku harus menyesal atau berterimakasih dengan kenangan itu,
dimana ayunan kakiku yang mengayuh pedal sepedamu dengan sangat bersemangat…
waktu itu, 4 tahun lalu.. adalah kenangan terakhir yang engkau tinggalkan
bersamaku. Membuatku selalu teringat, bahwa hidup itu seperti mengendarai sebuah sepeda.. ~jika kita tidak ingin terjatuh, maka kita harus terus mengayuhnya~.
Kini, tahukah engkau wahai sahabat.. ada banyak kisah yang telah kulewati tanpamu, pun kini ingin kusampaikan padamu bahwa aku telah menemukan seseorang di sampingku.. dia ketika aku melangkah, tidak peduli seberapa lambat, selalu siap mengimbangi langkahku disampingnya, kapanpun saat cuaca yang tak ramah membuat hatiku menjadi tandus, ia siap menjadi rintik hujan untuk menyuburkan rinduku kembali, ia.. seseorang yang siap menjadi tempat curahan segala kisah-kisah dalam untaian perjalanan hidupku.. hingga akhir, Insya Allah.
Sahabat, tahukah engkau.. kini aku berada di tempat yang baru dengan warna bingkai jendela yang baru pula.. dan kuingin engkaupun tahu wahai sahabat bahwa kontribusi semangat yang pernah engkau tanam di waktuku yang lalu telah menjadi bagian yang tak pernah lekang oleh waktu..
Kini, tahukah engkau wahai sahabat.. ada banyak kisah yang telah kulewati tanpamu, pun kini ingin kusampaikan padamu bahwa aku telah menemukan seseorang di sampingku.. dia ketika aku melangkah, tidak peduli seberapa lambat, selalu siap mengimbangi langkahku disampingnya, kapanpun saat cuaca yang tak ramah membuat hatiku menjadi tandus, ia siap menjadi rintik hujan untuk menyuburkan rinduku kembali, ia.. seseorang yang siap menjadi tempat curahan segala kisah-kisah dalam untaian perjalanan hidupku.. hingga akhir, Insya Allah.
Sahabat, tahukah engkau.. kini aku berada di tempat yang baru dengan warna bingkai jendela yang baru pula.. dan kuingin engkaupun tahu wahai sahabat bahwa kontribusi semangat yang pernah engkau tanam di waktuku yang lalu telah menjadi bagian yang tak pernah lekang oleh waktu..
Ah, saat bulan maret telah
lewat dan waktu terus berlalu namun kenangan bersamamu yang singkat itu terasa
begitu abadi… disaat kumengingat semuanya, ada sekuntum doa terselip dihati dan berharap ia
sampai disisimu.
~Teruntuk seseorang, engkau.. yang menyebut dirimu sebagai: Hikaru Katagi.. kuucapkan: "Arigatou gozaimasu!"~
indahnya persahatan hmm... apa kabar kak liyan?
Eh ada tamu.. Alhamdulillah kabar disini baik ^_^