Desember, bagi sebuah episode perjalanan kurun waktu dalam
setahun.. mungkin adalah akhir. Namun ini bukanlah semata tentang
desember.
Bila menatap gumpalan awan di langit sana.. langit desember yang tampak kelabu itu; aku, engkau.. dan siapapun dimana menatap langit yang sama, akan dapat mengenalinya sebagai episode pertengahan musim penghujan. Musim yang memberi begitu besar kekuatan.. penuh dengan kucuran rahmatNya yang tiada terkira.
Dan
mari perhatikan jua bahwa di musim inipun Dia memberi sinyal petunjuk
akan kebesaran kekuasaanNya. Untuk itu, marilah kita berdialog dengan
serpihan gerimis, tentang kuncup-kuncup bunga yang mulai mekar.. tentang
tunas-tunas baru yang mulai merekah.. dan tentang bahtera-bahtera yang
mulai mengembangkan layarnya. Lalu tataplah langit itu dan biarkan
kilatan halilintar memotret keangkuhan kita, makhluk yang bernama
“manusia”. Dengarlah dengan seksama saat suara gemuruhnya mengguncangkan
sebongkah daging dalam dada, biarkan rasa takut itu hadir disana agar
ia tak membeku layaknya sebongkah batu.
Lihatlah tetes demi tetes yang jatuh itu akan menjadi sebuah genangan indah, namun disaat yang lain ia menjadi sebuah arus bah yang mencekam. Adakalanya hujan memberi kita cerita roman yang memukau dan adakala ia menyuguhkan sebuah kisah kelam yang mengguncang.
Sesungguhnya
di musim ini, bukan hanya aku, engkau.. bahwa akan kita dapati banyak
hati yang menjadi basah karenanya. Menjadi basah.. ya, basah oleh
rangkaian bait-bait do’a, lengkung bibir yang membentuk senyuman, derai
tawa yang berbunga namun bahkan oleh lelehan air mata, rasa duka yang
mengerutkan banyak wajah. Dan disini, kita tampak begitu egois karena
lebih sering merangkai tetesan-tetesan kisah ini untuk diri kita
sendiri… maka, biarkan ia mengalir lewat remah-remah kata pada pena di
tangan kita, lewat tetes keringat di dahi kita, lewat denyut empati di
dada kita.. dan berharap kelak goresan demi goresan singkat episode di
musim ini menjadi sebuah gambar utuh, menjadi karya sejarah yang
sepenuhnya menjadi milik kita. Insya Allah.
Dan disini, aku.. meski merasa malu untuk menutup desember tahun ini hanya dengan gelombang kata tanpa makna, namun inilah gerimis yang ingin kubagi denganmu, dengan mereka..
Dan disini, aku.. meski merasa malu untuk menutup desember tahun ini hanya dengan gelombang kata tanpa makna, namun inilah gerimis yang ingin kubagi denganmu, dengan mereka..
Selamat datang desember dan selamat tinggal 2013
Semoga gerimis di bulan Desember 2013 akan menjadi sebuah makna di tahun 2014 :)
Aamiin... makasih ya irfan..
oya mungkin maksudnya selamat tinggal 2014 ya.. 2013 kan udah lama lewat hehee ^_^
gerimis... oh gerimis...
jangan buat kak liyan menangis
aiihh sahabat @topik ini..
aamiin aamiin.. terimakasih. dan gerimispun takkan mampu membuat saya menangis *eh ^_^