• Kisah dari Sang Navigator: Tuan Angin



    google image

    Senyum awan tatkala angin memeluknya di rimba angkasa, merajai rasa, meletupkannya dalam bulir-bulir cinta. Kemana arah angin bertuju tiada sedikitpun meninggalkan sengketa, semua serasi bertahta setia pada titah Pemilik singgasana kerajaan langit dan bumi. Cinta menari-nari mereguk gejolak rindu yang berpijar bersama letupan halilintar. Cinta terkadang serupa menakutkan untuk dibaca, namun selalu menakjubkan saat dipahami.
    Nun, dibawah sana… selaksa debu menabur harap. Tanah, batu, pepohonan dan pundi-pundi nafas kehidupan mengembangkan sejumput asa pada kedatangan rinai sang cinta. Hujan, ya! Dialah sang hujan.
    Dan sore itu, diawal November yang basah menjelang akhir tahun 1995, Tuan Angin: Sang navigator cinta untuk semesta- tiba-tiba sejenak menghentikan nafasnya, kemudian berputar-putar pelan dihadapan daun jendela sebuah gubuk kecil. Bingkai yang rapuh itupun berkeriut protes, mempertahankan diri untuk tetap merekat pada kusen tua yang sama rapuhnya. Namun sebuah tangan mungil menghentikan kegaduhan kecil itu. Ya, cukup hanya dengan dorongan tangan kecil yang lemah, daun jendela itupun terbuka dengan sukarela. Tuan Angin baru saja hendak bersorak merayakan kemenangan kecil itu namun saat sebuah wajah mungil yang terbalut kain tudung menyembul dari balik jendela, Tuan Angin sejenak terpana.
    --gadis kecil ini..?--
    Tuan Angin sedikit bertingkah nakal, ia mencoba menggoda gadis kecil ini dengan hembusan sepoi, anak rambut yang menyembul dari kain tudungnya menari-nari menggelitik wajah mungilnya. Akan tetapi, wajah itu tak bergeming… masih seperti beberapa hari yang lalu, saat Tuan Angin tak sengaja menemukannya bersandar pada kusen jendela gubuk kecil ini, memandang kosong. Saat itu ia melihat kedua alis tebalnya bertaut membentuk parit kecil dikeningnya. Pun saat ia mencoba menyapa dengan menghamburkan autumn dihadapannya, masih tak bergeming.
    Sore ini, ia menjumpai pemandangan serupa. Wajah mungil yang berkerut dalam rasa, entah apa.
    --oh gadis kecilku, apa yang membuatmu tergadai pada tatapan kosong seperti itu?--
    Tuan Angin mendesah, ia mencoba mencuri perhatian dengan meniupnya sedikit ganas hingga gadis kecil ini terkesiap, “eh?”
    Tuan Angin tertawa mendapati ekspresi terkejut wajah polos itu. Ia sungguh ingin menghiburnya. Ia mulai berdemo, meliuk-liuk menari menuju angkasa kemudian kembali meluncur turun dengan anggun diantara autumn yang jatuh berserakan.
    --aku punya cerita untukmu--
    Gadis kecil itu mengerjap, lalu bertopang dagu. Ia selalu tertarik dengan kisah yang ada di bawah maupun di atas langit, lalu kisah apakah yang akan diceritakan Tuan Angin ini…
    --Tahukah engkau wahai gadis kecil? Langit begitu banyak menyimpan rahasia, dan sedikit sekali manusia yang tertarik untuk mencari tahu tentangnya, dan kamu… wahai sahabat kecilku, ada sebuah kisah langit yang akan kubacakan untukmu, ini kisah tentang sang Cinta. Aku diutus oleh pemiliknya untuk menyampaikan kabar gembira ini pada segenap manusia, tak terkecuali kepadamu. Mari dengarkanlah…!
    Alkisah, di atas sana… kutiup mereka ke tempat yang dikehendakiNYa. Ya, mereka… awan-awan itu gemetar dalam batas newton, menggelayut riang menunggu waktu yang telah ditetapkan untuk melepaskan beban berat yang dikandungnya. Tetes demi tetes meluncur menuju tanah yang terpilih. Di awal tetesan adalah yang paling berat, tetesan itu menguap hilang sebelum mencapai tujuan. Namun menyerah hanya akan menidurkan asa dalam mimpi malam yang panjang. Jadi, ia terus mencoba lagi. Tetes demi tetes berikutnya menyusul dengan gigih, seiring tarianku (Tuan Angin) yang meliuk lincah membuat udara mencekam dalam suhu rendah, mengurai debit volume sang Cinta menjadi se-ringan sayap-sayap Camar yang tengah mengembang. Maka rinai Cintapun rebah memeluk tanah yang dirindukannya, memeluk dedaunan yang jua rindu mereguk kejernihannya. Alam yang dahaga tersembuhkan. Debu-debu dan kotoran luruh. Cinta ini bukan sekedar menyembuhkan namun bersinergi untuk membersihkan.
    Inilah kisah sang Cinta yang diturunkan langit kepada bumi.--
    Tuan Angin mengakhiri kisahnya dengan hembusan lembut membelai autumn yang berguguran. Gadis kecil masih terpana dan takjub pada kisah Tuan Angin ini, ia mengabadikannya di dalam longterm memory kepala mungilnya. Kini sebuah senyum manis terlukis diwajahnya. Bak lengkung pelangi yang tercipta setelah rinai hujan berhenti.
    ***
    Sore ini, diawal November yang basah menjelang akhir tahun 2013, sebuah ketukan lembut di jendela mengejutkanku, “Tuan Angin???” *eh. ^_^

14 komentar:

  1. ratsa mengatakan...

    bikin betah baca artikelnya

  2. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    terimakasih atas kunjungannya, sahabat ratsa... :)

  3. dunia maya mengatakan...

    pandai merangkai kata hingga menjadi sebuah cerita

  4. Abu_hafs mengatakan...

    Assalamu 'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh!

    Ga' bisa komentar, jadi titip salam aja. :D

  5. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    @Kayla: ^_^

    @Abu hafs: wa'alaikumsalam warahmatullaahi wa barakaatuh.
    insya Allah salamnya nnt disampaikn :))

  6. wongcrewchild mengatakan...

    meresapi dulu...

  7. Topics mengatakan...

    kak liyaaaan... huhuhu kemana aja.. angin... udah kah kau beteme kak lyan hari ini sampaikan salam padanya yaaa

  8. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    @Topik: Waah.. terimakasih ya tuan angin udah bawa shbt topik kemari. tp ko pake sedih gt ya. kira-kira apa yg bs bikin ia trsenyum ya, hee.. ^_^

  9. Topics mengatakan...

    ga tau nih tiba2 kangen aja maen kesini....
    hmm apa yaa yang bisa buat aq tersenyum.. hehe

  10. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    Hmm, apa y? sy tdk tau, sy kira shbt topik yg lbh tahu, hee^^,,, hanya saja, disini adl tempat penyaji kalimat, sy tak punya hidangan selain itu utk membuat para tamu tersenyum. Mgkn dg berusaha menghidangkan kalimat yg baik... dan berharap kepd shbt seumpama melihat pohon yg baik pula, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit... ^^

  11. Mukhlas Nugraha mengatakan...

    Berharap kisah Tuan Angin tak sampai di sini, dan Tuan Angin mengetahui bahwa gadis kecil itu sangat menanti kisahnya. Meskipun, gadis kecil itu tertutup dan malu untuk menceritakan ke Tuan Angin bahwa ceritanya membuat terpana dan takjub pada dirinya. Ia abadikan kisah itu di dalam longterm memory kepala mungilnya; dulu, sekarang dan akan datang. :)

  12. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    @Nugraha: Waah... begitukah? ^_^
    btw, terimakasih atas silaturrahminya. :)

  13. Mukhlas Nugraha mengatakan...

    Masih dalam kemungkinan, hehe.. karena si penulis lebih mengetahui daripada si pembaca.. :)

  14. Zeal*Liyanfury mengatakan...

    Hmm, mungkin saja yaa, hehe... ko jd tebak-tebakan gini ya ^^
    dan... si penulis selalu terpukau oleh si pembaca yang cerdas...

    Syukron ya sahbt @Nugrah. :)

Posting Komentar

Pembaca yang baik, Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya... Terimakasih :)