• Wahai Senja, Omou Hanabira!


     
    liyanjourney.blogspot.com
    Menjadi tua adalah keniscayaan, namun menjadi tua dan bijaksana adalah sebuah perjalanan.. proses panjang dari sebuah pembelajaran. Dan adalah waktu sebagai rel baginya, yang menuntun detik demi detiknya kepada stasiun tujuan. Namun apakah itu adalah akhir dari sebuah perjalanan?
    Rindu menjadi penghias hati, di sanalah sang Khalik meletakkan harapan pada diri seorang abid. Dengannya perjalanan menjadi tabah bak penenun menjalin pintalan benang, lagi dan lagi.. sampai selembar kain terbentuk dengan sempurna. Meski detik demi detiknya mereguk pahit atau ketir, ia rela meretas perjalanan dalam sabar. Dimanapun kakinya berpijak saat ini, kapanpun ia meninggalkan jejak untuk menyambutNya.. lagi dan lagi.. Dalam sabar, maka lelah adalah permata yang terjaga, dan tetesan peluh akan bersih dari keluh, karena pasti hanya ridhoNya yang utama.

    Oh, wahai bintangku yang tak terjangkau oleh mata..
    Oh, wahai rembulanku yang bersinar sempurna saat purnama

    Selimut baginya adalah malam yang gulita, satu satunya pelita yang menyala adalah untaian do’a dalam sujud panjangnya. Redup mata itu hanya terpejam sesaat saja. Ia melihat langit dalam tatapanNya yang yang penuh pesona. Qoulan yang tertancap di hatinya kala memamah rindu dalam sepi ialah, “Oh wahai diri.. Jangan pernah gundah malam menjatuhkan hati ini dalam kesedihan, jangan tanya kepada malam dimana cahaya menjangkau mata.. ingatlah selalu bahwa Robb semesta alam tak abai dengan rindu sang abidNya. Oh wahai hati, saat engkau mengetuk pintuNya lagi dan lagi.. maka engkau pun akan menemukanNya lagi dan lagi..”

    Rel itu tampak berkelok dan hilang diujung pandangan. Namun sama seperti hatinya yang teguh bagai karang, jalan berliku itu adalah keniscayaan bagi seseorang seperti dirinya. Dan kebijaksanaan akan banyak ditemukan sepanjang derit roda beradu baja, sepanjang laju kehidupan berputar bersama hela nafasnya. Seperti menemukan aroma tanah yang tersiram gerimis, ia merasakannya.. Meski tak mudah menyerapnya dalam qolbu, atau mendawamkannya dalam untaian kata.. tentu menjadi bijak adalah inti dari seorang ayah, dari seorang ibu, dari seorang suami, dari seorang istri, dari seorang anak, sahabat, tetangga.. dan hakikatnya dari.. seorang abid.

    Gerimis menyemai hati saat Secangkir kebijaksanaan, tertuang hangat di senja ini.. teguk demi teguk terasa damai dan manis.. semanis senyumnya kala menatapku dengan tatapan penuh Cinta. Be better oh my heart!

    Untuk kita yang berada dalam kereta senja, lihatlah jendela dan tataplah cahaya jingga.. omou hanabira! Maka takkan ada yang dapat menahan mekarnya sebuah senyum, ia akan terus merekah indah di antara ruang dan waktu, diantara genangan hujan, diantara dinding-dinding rumah yang merapati jalan.. dan tentu saja ia ada diantara  hembusan angin dan aroma padang rumput, gunung, lembah dan bebukitan.. Khaasyiah (Khusyu’).  *Read, QS. Almu’minuun:1-17

0 komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik, Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar ya... Terimakasih :)