![]() |
google image |
Kisah ini kutulis dengan tinta
berukir air mata cinta… Kusimpan dalam bejana hatiku yang tak pernah kering
oleh do’a. Untukmu, seseorang yang telah membuatku berani bermimpi, mengeja masa
depan dengan rangkaian kata paling indah, yakni
~h-a-r-a-p-a-n~.
Suatu ketika, engkau membawaku ke
sebuah lapangan, tempatmu bermain bola dengan kawan-kawanmu. Kamu menunjuk
hamparan langit biru diatas kita,
“Terbanglah dengan sayap
harapanmu setinggi langit itu… namun tetaplah pancangkan kakimu pada bumi yang
kau pijak, jika kakimu tak lagi berpijak maka sayap harapan itu akan patah, berguguran
menjadi serpihan angan-angan kosong. Dan akhirnya, kamu akan jatuh.”
Aku hanya terpana mendengar
ucapanmu yang mengalir bagaikan curah hujan, bagaimana tidak? Aku waktu itu
hanyalah seorang gadis kecil berusia 9 tahun. Aku dapat mengingat dengan jelas
setiap susunan kata yang kau ucapkan meski maknanya akan baru kusadari beberapa
tahun kemudian.
![]() |
Liyan's image |
Aku adalah gadis kecil yang
penakut. Aku takut gelap. Pada suatu ketika ibu masuk rumah sakit dan harus
dirawat. Malam itu lampu di rumah padam, dan nyala sebuah lilin tak cukup
membuatku merasa aman. Kamu membawaku ke beranda rumah untuk melihat langit
malam. Kebetulan malam itu bulan menyempurnakan bentuknya sebagai purnama.
“Apakah kamu masih merasa takut?”
tanyamu, aku menggeleng. Ya, aku merasa aman dengan cahaya purnama dan kerlipan
berjuta bintang di langit sana. Kamu tersenyum lega dan menunjuk sang bulan.
“ia, bulan… sebenarnya tak
mengeluarkan cahaya sendiri, cahayanya berasal dari matahari. Bulan
memantulkannya dan menjadi penghias langit malam seperti yang kita saksikan
sekarang.”
“aku ingin seperti bulan!” ucapku
dengan spontan, kamu mengernyitkan dahi lalu bertanya, “mengapa?”
“karena, kamu seperti matahari.” Aku
tersipu saat mengungkapkan hal itu dan kamu tertawa mendengarnya. Aku suka saat
kamu tertawa dan menampakkan gigi gigimu yang putih berderet rapi. Wajahmu
tampak berkilau tampan tersapu cahaya keemasan rembulan. Kemudian kamu terdiam
serius dan menatapku,
“lalu, mengapa jika aku seperti matahari?”
“aku... akan selalu
mendapatkan cahaya darimu dan menggunakannya untuk melindungi yang lain… yang
takut gelap sepertiku.”
Kamu berpaling menyembunyikan
wajahmu dariku. Bahumu yang kecil namun kokoh sedikit berguncang, kamu
menangis. Aku terdiam, teringat 2 tahun sebelumnya, bahumupun terguncang
seperti itu disamping tubuh ayah yang telah terbujur kaku. Orang-orang bilang beliau
telah berada ditempat yang tenang, aku percaya pada mereka sebagai gadis kecil berusia
7 tahun, lalu dengan bersemangat aku berusaha menghentikan tangismu, “ayah
telah berada di tempat yang tenang. Kamu tidak usah bersedih lagi ya..” Namun aku
melihat air mata bertambah deras mengalir diwajahmu, membuatku merasa heran.
Dan sejak saat itu aku tak mudah mempercayai kata-kata orang.
“ma’af, apa aku membuatmu
bersedih?” air mata meleleh dari sudut mataku… kamu menggeleng dengan kuat.
“baik, aku akan jadi matahari bagimu.” janjimu.
Sejak saat itu kamu benar-benar
menjadi matahari bagiku.
Saat terjaga diwaktu subuh, dan
tidak mendapatimu berdiri diatas sajadah, aku akan mencarimu ke sudut mihrab
masjid dibelakang rumah, memerhatikan kepalamu yang tertunduk, tenggelam dalam
lirih syahdu lantunan ayat-ayatNYa.
Suatu hari aku memetiki
bunga-bunga dikebun belakang rumah dengan berlebihan, kamu membawakanku
kupu-kupu yang telah mati dan mengatakan padaku. –kupu-kupu itu mati kelaparan,
karena tak bisa mendapatkan sari bunga lagi- aku terkejut dan menangis
seharian, sampai ibu menjewer telingamu dan mengatakan kalau yang kamu ucapkan
itu tidak benar. Sebenarnya, aku terus memikirkan apa yang kamu ucapkan tentang
kupu-kupu itu.
Kamu pernah bilang menjadi dokter
adalah pilihan cita-citamu, dan ini membuatku memikirkan apa pilihan
cita-citaku. “mengapa kamu ingin menjadi dokter?” tanyaku, “ibu akhir-akhir
ini sering sakit, kalau aku menjadi dokter, ibu tidak perlu pergi ke rumah
sakit dan meninggalkan kita.”
Aku mengangguk dan mengepalkan
jariku untuk memberikan semangat. “lagipula, aku akan dapat membantu orang-orang
yang sakit. Mereka tentu akan sangat bersyukur jika bisa sehat kembali”
Aku iri padamu, pada cita-citamu.
Bisa saja aku memilih cita-cita yang sama denganmu, tapi aku tidak suka rumah
sakit. Menurutku alat kedokteran sangat menyeramkan, bau rumah sakit juga
sangat tidak enak. Aku tidak bisa menjadi sesuatu yang tidak aku sukai. Ah ya,
aku suka menulis… memiliki buku Diary yang kumal karena sering dibuka-tutup
untuk menuliskan setiap detail kisahmu dan kisahku. Kamu bilang sangat suka
tulisan tulisanku, kamu menyarankan mungkin aku dapat memilih menjadi seorang penulis
sebagai cita-citaku. Tapi aku masih ragu, apakah dengan menulis aku dapat
membantu banyak orang seperti seorang dokter? Kamu bilang itu tergantung pada
apa yang kutulis…
***
Kamu mulai sering pulang larut
malam, bila aku bertanya kemana saja kamu pergi, kamu hanya tertawa dan menyilangkan
tanganmu di dada, tanda itu adalah rahasia. Aku tak pernah merahasiakan apapun
darimu, jadi aku sedikit kecewa mendapati kamu merahasiakan sesuatu dariku.
Suatu sore diakhir bulan Juni, aku
meminta izin pada ibu keluar rumah saat hujan sedikit reda, ibu tak dapat
mencegahku dengan alasan akan mencarimu ke rumah teman. Dengan dilindungi payung lebar, aku menyusuri
jalanan yang basah, menatap iri pada bocah bocah seusiaku yang bebas berkejaran
dibawah gerimis. Ah, mengapa ibu tidak pernah membiarkanku bebas seperti
mereka…
Aku tergoda mengikuti ayunan
kaki-kaki mungil mereka yang menghentak penuh semangat mencipratkan setiap
genangan air… tanpa kusadari akupun telah berbaur mengikuti derap langkah mereka
sampai ke tepi tanggul. Kami menatap sungai dibawah sana, sungai itu bernama
Sanggarung. Ia merupakan perbatasan propinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah,
mengalir ke arah utara menuju Pantura (Pantai Utara) dan desa masa kecilku ini
berada beberapa mil di bagian timur sungai tersebut. Daerahnya yang datar tepat
di tengah-tengah antara Pantura dan barisan perbukitan gunung Ciremai.
Saat itu aku melihat seorang
bocah lelaki terseok-seok dalam gerimis menyusuri tepian Sanggarung, sesekali
ia mengais-ngais sampah yang ikut terbawa hanyut. Di pundak kecil namun kokoh
itu tergantung karung yang mulai menggembung oleh rongsokan yang mungkin telah dikumpulkannya
sedari siang tadi.
Wajah bocah lelaki itu mengkilap
disapu matahari senja yang mulai bersinar, air mukanya membias dan berseri-seri
saat kepayahan menarik beberapa kepingan ember plastik rombeng dari tepi sungai
agar tak terbawa arus. Seketika aku meninggalkan teman-teman dan membuang
payung besar yang membebani tanganku, berlari terseok-seok untuk mengejar bocah
bandel ditepi sungai itu yang tak lain adalah kamu! Aku berteriak memanggil
namamu, air mata berjatuhan dari kelopak mataku menyatu dengan sisa rintik
hujan. Masih kuingat raut terkejut dari wajahmu mendapati tamparan keras
pertanyaanku, “inikah yang kamu rahasiakan dariku?”
Dari saat itu aku tak mau
berbicara padamu selama beberapa hari. kamu terus memohon padaku agar menjaga
rahasia itu dari ibu. Membuat hatiku luluh adalah keahlianmu, tapi kamu
menyadari bahwa kini hal itu bukan lagi sesuatu yang mudah!
“aku tahu kamu marah.”
“mengapa kamu melakukan itu?” aku menatap tajam matamu yang mencoba
menghindar.
“maafkan kakakmu ini ya, dik…
sebentar lagi bangku SMP akan kutinggalkan, dan untuk melanjutkan sekolah akan
menjadi beban berat buat ibu setelah ayah tidak lagi bersama kita…
Untuk meraih mimpi, kita harus
terbang dengan sayap harapan bukan? Dan untuk itu kaki kita harus tetap
berpijak di atas tanah, berusaha… untuk
meraihnya, aku tidak ingin sayap kita patah…”
Aku mengangguk dan terisak. bukan
hanya jiwa kerja keras yang coba kamu pantulkan padaku, lebih dari itu… kamu
mengajariku memahami sesuatu yang tinggi yakni sebuah nilai pengorbanan.
***
Bulan September, setahun
yang lalu… engkau berhasil lulus sarjana keperawatan, meski sempat tertunda untuk
waktu yang cukup lama dan tidak menjadi seorang dokter seperti yang engkau
cita-citakan, namun aku tetap bangga padamu. Dengan Toga sebagai mahkotamu dan wajah
yang tak pernah lepas dari senyum, engkau pantulkan sebuah pesan langit padaku.
“Menjadi dokter, perawat, penulis
atau apapun hanyalah peran yang kita pilih untuk meraih cita-cita tertinggi
hidup kita yang sesungguhnya. Hidup ini adalah perjalanan, kita berawal dariNYa
dan akan kembali kepadaNYa. Hanya ada dua tempat kembali yang kekal disisiNYa, yakni
RidhoNYa atau MurkaNya. Pilihan itu sepenuhnya ada ditangan kita. Jadi, terbanglah
dengan sayap harapanmu setinggi langitNYa, dan pancangkan kakimu pada bumi
dengan amal shalih, tebarkan cintaNYa sesuai peranmu.”
Kak, engkau adalah baris pertama dari setiap untaian paragraf kisah fajarku. Untuk seluruh hidupmu sebagai kakak disisiku, kuberi nama -ini cinta-.
***
Tulisan ini didedikasikan kepada kakakku
tercinta yang telah lulus dari sekolah keperawatan, D-3 STIKES Inderamayu, dan
menuntaskan S-1 nya di STIKES Cirebon tepat setahun yang lalu. dan Tulisan ini juga diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away bunda Niken Kusumowardhani
Subhanallah kisah dua manusia yang mengharu-biru, saling bahu-membahu, saling berusaha mengepakkan sayap untuk mengarungi kehidupan yg tidak ramah..
Sampaikan selamat untuk kakak tercinta ya Liyan...
teriring harapan semoga Allah melindungi langkah kalian.
Insya Allah disampaikan kak, Aamiiin... Jazakallohu khoir atas do'anya. :)
Subhanallah, ternyata matahari pun bisa menangis namun tetap memancarkan kehangatan.
Terharu membacanya kak :)
Liyan, tiap kalimat yang terangkai di sini mengingatkan bunda pada kakak bunda, mas Yoyok. Diapun seperti matahari buat bunda. Perhatian dan kasih sayangnya masih tetap berlanjut sampai sekarang meskipun kemi sudah berkeluarga. Sedikit nyesek tadi waktu baca :)
Seperti biasa, cara Liyan bertutur selalu membuat bunda menarik nafas. Indah sekali.
Syukron ya Liyan, tercatat sebagai peserta.
Suatu kisah yang sangat mengharukan yang tertuang melalui tulisan yang apik nan indah sebagai gambaran kehidupan nyata
Subhanallah...
Kak Liyan, bolehkah aku menyeka air mata saat ini?
Terharu sangaaat >_<
Tentang perjuangan hidupnya kak Liyan.
Jadi terinspirasi untuk ikutan nih :D
terimakasih silaturrahminya dik Nana...
ya, semoga kak Liyan bisa seperti itu juga.. :)
makasih atas apresiasinya ya bunda, maaf udah bikin bunda 'nyesek, hhee... Liyan juga lega udah menuntaskan janji utk ikutan GA nya bunda ^_^
terimakasih atas kunjungannya sahabat Sc... salam kenal :)
dik Za... ^_^
Maaf ya, jadi menebar keharuan begini... sini kakak seka...
ayoo ikutan... ditunggu kisah cintamu, dik ^^
nice post.. happy writting. :D
Barakallohu fiykum,
Bismillaah..
"Pilihan itu sepenuhnya ada ditangan kita. Jadi, terbanglah dengan sayap harapanmu setinggi langitNYa, dan pancangkan kakimu pada bumi dengan amal shalih, tebarkan cintaNYa sesuai peranmu"
Ya Allah, biarkan hati ini tetap pada tempatnya, tempatnya yang selalu terjaga.
Thanks atas kunjungannya sahabat abi..
salam kenal:)
Aamiin... Jazakallohu khoir atas kunjungannya sahabat Topic...
Aamiin.... makasih atas silaturrahmi dan do'anya sahabat Tatang :)
pemilihan bahasa yg (y) bagus kaka.... :D
jadi penulispun bisa bermanfaat bagi orang banyak seperti seorang dokter kok insyaallah, dengan menulis buku tentang kesehatan hehe
eh ada Azim... Wah bener banget itu Zim, pinter ya kamu hhee :D
Alhamdulillah, penantian berujung indah pada waktunya..
Saya doakan GAnya juara 1 Ukhti ^^
Subhanalloh, barokallohu fik,smoga Alloh memuliakan hidup kalian, aamiin.
Terimakasih untuk do'anya akhie... Saya, berharap dapat berbagi cinta melalui hikmah kehidupan :)
Aamiin... Jazakallahu khoir atas do'anya...
tulisan yang menarik
subhanallah, ceritanya begitu merekuh jiwa, diksi yang sederhana namun mampu menyampaikan perasaan emosi si pembaca, saya suka...
semoga sukses GA nya
Makasih apresiasinya sahabat Sabda. ini hanyalah sekedar berbagi hikmah kehidupan...
terimakasih atas kunjunganya sahabat. semoga dapat mengambil manfaat disini.
haduh, aku pengen berhenti baca di paragraf tengah, gak kuat rasanya baca sampai akhir, tapi penasaran bangaimana akhirnya. dan akhirnya, mataku berkaca kaca. kamu sukses buat aku melow di pagi hari ini....
aku kasi senyum buat kamu, salam sukses buat si perawat yang ulet... :)
Insya Allah disampaikan salamnya... :)
Terimakasih ya bang Ridwan atas suportnya, maaf jd bikin melow ^_^
hmm..,, cukup dramatis..,,! Ry,, kisahmu tersirat penuh elaborasi.."
Teteeh.... apa yang sebelumnya tersirat kini dibiarkan tersurat... secarik elaborasi saja telah menguras habis kolam airmata, bagaimana jika satu buku penuh... ? #drama kehidupan memang begitu, selalu silih berganti: membuka luka untuk menutupnya...
Selamat, Liyan. Kisah indah ini termasuk sebagai pemenang GA Menyemai Cinta
http://forgiveaway.blogspot.com/2013/07/pemenang-ga-menyemai-cinta.html
Bundaaaa.... makasih. Semoga blog bunda terus menjadi lahan penyemai cinta semesta... cintaNYA.
ceritanya mengharu biru..perjuangan seorang kakak yang rela berbuat apa saja demi mengepakkan sayap harapannya....,sungguh layak untuk jadi pemenang...selamat ya.....salam :-)
Salam kembali Sahabat Hari...
Terimakasih atas kunjungan dan suportnya :)
Cerita yang memberikan inspiratif Mba, senangnya bila kita bisa menjadi kaka atau pun memilki kaka seperti itu.
Salam wisata
Luar biasa, sangat menyentuh... T_T
Barakallahufik, ukhty...
Salam.
Terimakasih atas kunjungannya Sahabat...
Aamiin.. Terimakasih atas silaturrahmi dan supportnya ukhti Nayla :)
Oh ya, tulisan menjadi salah satu pemenang.. selamat ya Ukhti ^^
Alhamdulillah. Terimakasih, mngkin ini berkat do'a akhi Wahyu juga ya ^_^
*menang/tdk dalam GA ini bukanlah tujuan saya. Tujuan saya menulis selain karena hobi adalah agar dapat berbagi hikmah.
sama2 terimakasih ya...keep happy blogging always :-)
Salam persahabatan sobat....
Salam... :)
blum ada yg baru??
ah selalu menyentuh sampe ke tulang rusuk nih mbak:)
maaf telat baca :D
akhir2 jarang silaturrahmi sama temen2 blogger...
kisah yang sangat luar biasa :D
salut buat kakaknya liyan...ha ha saya juga seorang kakak (anak tertua), dan sampai detik ini masih merasa belum pantas menyandanggelar itu....
kayak tereliye :D
It's really a great and helpful piece of info.
I am happy that you just shared this helpful information with
us. Please keep us up to date like this. Thank you for sharing.